Wednesday, March 20, 2024

Aku dan Donat

Siapa, sih, yang tidak kenal dengan donat? Makanan yang terbuat dari tepung dan seringkali berbentuk bolong di tengah ini memang menjadi favorit semua orang dari semua kalangan dan berbagai ragam usia, tak terkecuali aku.

Dulu ketika aku kecil, di Solo belum ada gerai-gerai donat kekinian seperti yang banyak ditemui di mal-mal. Waktu itu, di pusat kota hanya ada satu gerai donat yang lumayan terkenal bertajuk “American Donut”, yang belakangan anak pemiliknya menjadi temanku SMA. Gerai itu sebenarnya tidak hanya menjual donat, tetapi juga pizza dan produk-produk bakery lain. Namun, seperti yang sudah dapat diduga, menu donat menjadi favoritku. Donatnya besar-besar dan dijual dalam berbagai varian seperti keju, coklat, serta beraneka glaze.

Beranjak besar, aku malah jadi lebih menyukai donat kampung. Ukuran donat ini lebih kecil dan varian topping-nya lebih sederhana, biasanya hanya ada taburan gula halus, parutan keju, atau meses coklat. Porsinya cukup untuk sekali makan dibanding donat-donat kekinian yang buatku terlalu besar untuk dijadikan kudapan ringan.

Saking cintanya aku pada donat, saat aku menempuh S2–seolah-olah kurang kerjaan saja waktu itu, kalau kupikir-pikir–aku memutuskan membuka usaha berjualan donat. Aku menjajal peruntungan dengan mengambil franchise Donat Bakar yang pusatnya di Solo. Bahan baku donat dan topping-nya kupesan dari Solo dan dikirim ke Bandung dengan kereta api.

Kios donatku di Cisitu

Awalnya usaha ini cukup menjanjikan. Lokasi yang strategis di sebelah Indomaret Cisitu membuat kios donat lumayan laris dengan para mahasiswa sebagai target market-nya. Bahkan ada cerita ketika aku masih sibuk mempersiapkan kios, beberapa orang sudah menghampiri dan bermaksud membeli. Terpaksa kusampaikan pada mereka untuk sabar menanti saatnya gerai dibuka.

Membongkar kiriman paket donat dari tempat produksi

Kios donatku memiliki konsep yang unik. Donat yang sudah jadi dipanggang di pan seperti layaknya roti bakar, kemudian diberi topping sesuai pilihan pembeli. Hal ini membuat donat disajikan hangat-hangat, memiliki tekstur crunchy di luar dan lembut di dalam. Ada 42 varian rasa dengan beraneka menu, mulai dari yang biasa hingga varian donat yang dibuat layaknya sandwich.

Kios donatku juga pernah diliput oleh stasiun televisi lokal. Aku enggak tahu juga mereka mendapat informasi dari mana dan mengapa bisa nyasar ke kiosku, hahaha. Mungkin karena konsepnya unik dan varian rasanya cukup banyak, serta aku cukup aktif mengiklankan di media sosial. Beberapa kali dalam sebulan aku membuat sistem promo untuk menarik pelanggan.

Sayangnya, usahaku tak bertahan lama. Seiring aku lulus S2 dan kembali bekerja di kantor, ditambah keriweuhan usai melahirkan anak kedua, membuatku kurang fokus mengawasi dinamika kios. Karyawan yang kupercaya akhirnya resign, dan penggantinya ternyata orang yang tidak jujur. Tak perlu waktu lama sampai akhirnya usahaku merugi, hingga aku memutuskan untuk berhenti berjualan.

Ketika aku menjalani maternity leave usai melahirkan anak keempat, di salah satu grup emak-emak yang aku ikuti, ramai perbincangan mengenai suatu merek bread maker. Bread maker ini ngehits di kalangan emak-emak karena katanya roti yang dihasilkan bisa lembut dan penggunaannya mudah. Karena aku dan anak-anak sangat menggemari roti, langsung muncul keinginan untuk membelinya. Apalagi di waktu senggang aku memang sangat suka membuat kudapan semacam cake dan roti.

Terdapat 22 menu untuk pilihan berkreasi, di antaranya: roti, kue, yoghurt, ketan uli, selai buah, tape ketan, bubur ayam, bubur kacang hijau, dll. Jenis roti yang bisa dibuat juga sangat beragam, mulai dari roti tawar, roti manis, roti lembut, roti gandum, roti tanpa gula, roti oatmeal, roti susu, roti unyil, donat, dsb.

Salah satu menu yang paling sering kubuat dengan bread maker itu adalah donat, tentu saja. Meskipun membentuk bulatan-bulatan dough-nya tetap dilakukan manual, bread maker itu sangat meringankan pekerjaan menguleni, salah satu proses yang paling melelahkan, hehehe. Jadi, kita hanya cemplung-cemplung bahan, tunggu dalam beberapa waktu hingga mengembang, lalu tinggal membulatkan dough dan menggoreng saja.

Donat menul-menul baru keluar dari penggorengan. Belum dikasih topping, tapi dimakan begini saja sudah enak. Fluffy dan lembut.

Kini aku sudah jarang sekali membuat donat sendiri. Sejak varian donat kentang mulai mewabah, sudah cukup banyak produk ini dijual frozen sehingga aku tinggal menyetok saja untuk digoreng, atau bahkan langsung membeli jadi. Varian donat kampung tetap menjadi favoritku, mengalahkan donat-donat dengan topping kekinian.


Tulisan ini diikutsertakan dalam Tantangan Blogging Mamah Gajah Ngeblog bulan Maret yang bertema “Cerita Kuliner”.

Wednesday, March 13, 2024

Menu Isi Piringku

Tantangan Mamah Gajah Bercerita minggu ini mengajak para Mamah untuk berbagi kisah mengenai santapan favorit saat sahur atau berbuka. Banyak di antara mereka mungkin menuliskan cerita tentang makanan atau minuman favorit yang spesifik. Kali ini, aku ingin menuliskan hal yang sedikit berbeda, tetapi cukup esensial untuk diperhatikan.

Semenjak mulai mengatur makan beberapa tahun yang lalu, enak atau tidaknya makanan menjadi hal yang tidak terlalu penting buatku. Aku belajar bahwa rasa enak itu sebenarnya hanya bertahan sebentar di lidah. Setelah melalui kerongkongan, kenikmatan tidak lagi penting. Fungsi asupan bagi tubuh dan kecukupan nutrisi menjadi hal utama yang lebih signifikan untuk diutamakan. Memenuhi kebutuhan nutrisi harian dengan asupan bergizi sangat penting dilakukan agar tubuh tetap fit dan terhindar dari beragam penyakit.

Maka, alih-alih menuliskan tentang santapan favorit, kali ini aku ingin berbagi pengetahuan tentang metode makan yang diadaptasi oleh Kementerian Kesehatan Republik Indonesia dari World Health Organization, yang disebut dengan “Isi Piringku”. Menu Isi Piringku merupakan turunan dari panduan gizi seimbang. Konsumsi gizi seimbang adalah konsumsi kalori, makronutrien, dan mikronutrien dalam jumlah dan proporsi yang tepat sesuai dengan kebutuhan, tanpa menghilangkan jenis nutrisi tertentu.

Sumber dari sini

Isi Piringku menggambarkan porsi sekali makan yang dikonsumsi dalam satu piring. Porsi tersebut terdiri dari 50 persen buah dan sayur, serta 50 persen sisanya terdiri dari karbohidrat dan protein. Kampanye Isi Piringku juga menekankan pembatasan gula, garam, dan lemak dalam konsumsi sehari-hari.

Isi Piringku merupakan pembaruan dari kampanye lama mengenai Empat Sehat Lima Sempurna yang berdasarkan pada perkembangan ilmu gizi terbaru. Dulu kita hanya diajari bagaimana menerapkan Empat Sehat Lima Sempurna dengan memenuhi komponen karbohidrat, lauk pauk, sayur, dan buah tanpa diajari tentang komposisinya. Hal ini menyebabkan masyarakat tidak aware terhadap keseimbangan komponen-komponen tersebut. Mamah tentu tidak asing, bukan, melihat masyarakat kita makan dengan nasi segunung, sementara lauk protein dan sayurnya seiprit? Hehehe. Itulah salah satu akibat jika kita tidak paham mengenai keseimbangan komposisi makronutrien dan mikronutrien dalam asupan sehari-hari.

Kesalahan konsep Empat Sehat Lima Sempurna yang lain berkaitan dengan konsumsi susu. Konsep susu sebagai penyempurna gizi sudah tidak relevan karena untuk mendapatkan kecukupan gizi, masyarakat tidak harus minum susu. Susu “hanya” bagian dari sumber protein. Protein berfungsi untuk memperbaiki sel dan jaringan tubuh yang rusak, menjaga kesehatan tulang dan otot, menjaga fungsi kognitif otak, mengoptimalkan sistem kekebalan tubuh, dan sebagai sumber asam amino.

Cara menghitung kebutuhan protein harian berdasarkan berat badan adalah mengalikan 1 kilogram berat badan dengan 0,8 gram protein per hari. Jadi, jika Mamah memiliki berat badan sebesar 55 kilogram, Mamah membutuhkan 44 gram protein per hari. Protein yang dimaksud di sini adalah lean protein, karena 100 gram dada ayam tidak sama dengan 100 gram protein. Faktanya: 100 gram dada ayam hanya mengandung 31 gram lean protein.

Selain mengatur pola makan gizi seimbang, kampanye Isi Piringku juga memuat ajakan untuk mengonsumsi delapan gelas air setiap hari, melakukan aktivitas fisik tiga puluh menit setiap hari, mencuci tangan dengan air dan sabun sebelum dan setelah makan, serta memantau tinggi badan dan berat badan.

Nah, sekarang sudah tahu, kan, bagaimana mengatur komposisi menu andalan untuk sahur dan berbuka? Apa pun menu favorit Mamah, usahakan memenuhi kaidah Isi Piringku, ya.

Wednesday, February 21, 2024

Menua dengan Sehat dan Bugar

Tumbuh besar dengan pengalaman beberapa anggota keluarga mengalami sakit degeneratif hingga akhir usia, membuatku menyadari arti penting kesehatan dan kebugaran sebagai investasi masa tua. Kesadaran ini makin mengkristal ketika aku sudah berkeluarga. Jika dulu menjaga pola makan dan berolahraga dilakukan demi penampilan, kini upaya itu dilakukan demi bisa membersamai pasangan dan anak-anak hingga usia senja.

Banyak orang mengatakan bahwa makin tua seseorang, makin lambat metabolisme tubuhnya sehingga makin gampang gemuk dan makin lemah untuk beraktivitas. Tahukah Anda apa fakta sebenarnya? Makin bertambah usia, seseorang biasanya makan lebih sedikit. Ia juga beraktivitas lebih sedikit. Hal-hal itulah yang “menghancurkan” metabolisme seseorang karena kurangnya mengonsumsi makanan dan minuman serta gaya hidup sedenter alias malas bergerak dapat memperlambat metabolisme tubuh.

Menjaga pola makan dengan diet yang berlebihan juga dapat membuat metabolisme melambat. Tubuh akan menghemat energi karena asupannya terbatas. Diet tanpa memperhatikan kecukupan kalori memang cukup besar keberhasilannya dalam menurunkan berat badan dalam waktu cepat. Namun, setelah diet dihentikan, kenaikan berat badan bisa terjadi dengan mudah.

Zat gizi yang didapat dari makanan akan diolah menjadi energi agar tubuh bisa beraktivitas. Jika kita jarang melakukan aktivitas fisik, tubuh akan lebih lambat dalam membakar energi. Tubuh juga akan menyimpan lebih banyak lemak sehingga metabolisme akan berjalan makin lambat.

Selain itu, proses penuaan menyebabkan tubuh menjadi lebih mudah kehilangan berbagai jaringan tubuh, salah satunya jaringan otot. Secara alami, manusia akan mengalami penyusutan otot atau berkurangnya massa otot seiring dengan bertambahnya usia. Apalagi jika otot tersebut tidak digunakan untuk aktif secara fisik dalam jangka waktu yang lama. Penurunan massa otot akan memperlambat proses metabolisme sekaligus menurunkan ketersediaan energi untuk beraktivitas.

Nah, demi bisa menjadi manula yang tetap berenergi dan berdaya seperti klip di atas, apa yang harus kita lakukan?

Latihan Beban

Latihan beban berfungsi untuk mempertahankan massa otot dan menghindarkan otot dari penyusutan, syukur-syukur jika bisa menambah massa otot. Otot merupakan modal utama kita untuk bergerak. Otot yang kuat membantu fungsi sistem rangka dalam menopang berat badan. Dengan latihan beban, otot kita menjadi tahan banting untuk menahan beban aktivitas sehari-hari.

Otot sebenarnya adalah mesin pembakar lemak alami yang membantu memperbaiki komposisi tubuh. Pembentukan otot membuat otot menjadi aktif sehingga metabolisme tubuh akan meningkat dan membantu pembakaran lemak menjadi lebih efektif. Hal ini membuat kita tidak mudah gemuk.

Latihan beban membantu memperlancar sirkulasi darah sehingga tubuh dapat menciptakan kolagen dengan baik. Akibatnya, kulit akan terlihat lebih muda. Latihan beban yang dilakukan dengan rutin konon juga dapat meningkatkan jumlah sel otak baru sehingga daya ingat menjadi lebih baik. Resep awet muda yang gampang, bukan?

Latihan beban membantu melatih keseimbangan dan koordinasi tubuh. Hal ini penting bagi para manula karena jatuh dapat berefek serius pada kesehatan. Dengan tubuh, otot, dan tulang yang kuat, seseorang yang sudah memasuki masa tuanya akan tetap bisa mandiri melakukan berbagai aktivitas tanpa kesulitan yang berarti.

Menjaga Pola Makan

Diet sehat membantu melindungi terhadap kekurangan gizi dalam segala bentuknya, serta penyakit yang tidak dapat dikomunikasikan (NCD), termasuk diabetes, penyakit jantung, strok dan kanker. (WHO, September 2015)

Memperhatikan status gizi merupakan hal yang krusial dalam upaya untuk menjaga kesehatan. Berdasarkan pedoman gizi seimbang Kemenkes Republik Indonesia dan WHO, gizi seimbang adalah konsumsi kalori, makronutrien, dan mikronutrien dalam jumlah dan proporsi yang tepat.

Ada berbagai macam aliran pola makan. Pola makan yang bagus bagi orang lain belum tentu cocok untuk kita. Oleh karena itu, pilih metode yang paling tepat untuk tubuh kita dengan cara menyesuaikannya terhadap berbagai faktor yang customized, seperti tujuan diet, jenis dan banyaknya aktivitas, kondisi kesehatan, serta profil tubuh.

Yang perlu diperhatikan, hindari pola makan dengan diet yang berlebihan dan usahakan untuk selalu memenuhi asupan nutrisi secara tepat. Zat gizi dari makanan diperlukan untuk mempertahankan metabolisme tubuh supaya dapat beraktivitas dengan baik.

Istirahat yang Cukup

Seorang pelatih pernah mengatakan, “Lebih baik kurang latihan daripada kurang istirahat.” Hal itu menandakan pentingnya istirahat dalam proses pemulihan. Usai berolahraga, otot sebenarnya mengalami kerusakan. Hal ini merupakan sesuatu yang wajar. Otot yang rusak tersebut akan diperbaiki dengan adanya recovery atau pemulihan sehingga menjadi lebih kuat dan lebih besar.

Secara umum, dengan istirahat yang cukup, tubuh akan memiliki waktu untuk memulihkan energi yang terkuras akibat aktivitas. Saat istirahat, tubuh juga akan memperbaiki diri. Akibatnya, metabolisme akan mencapai kinerja optimal untuk mempertahankan kesehatan dan kebugaran.

Tuesday, February 20, 2024

Ketegasan Pemimpin dan Kemandirian Bangsa

Tantangan Mamah Gajah Ngeblog bulan ini sungguh sulit bagiku. Bukan karena aku tak berniat merangkai kata, melainkan karena aku kurang tertarik dengan temanya. Ketidaktertarikan ini membuatku tidak bersemangat menulis, padahal biasanya aku selalu masuk ke dalam daftar penyetor tercepat. Akhirnya deadline hari terakhir pun tiba, mau tidak mau aku harus menulis karena aku tidak ingin ketinggalan tantangan.

Bicara soal politik dan pemilihan pemimpin adalah sesuatu yang tidak kusukai. Terlalu banyak konflik dan adu kepentingan yang memuakkan. Sudah banyak sekali kulihat hubungan silaturahmi jadi terputus gara-gara beda pilihan. Aku paham sekali hal ini, terutama karena keluarga suamiku selama ini terlibat aktif dalam politik dan pemilihan kepala desa.

Belum lagi jika bicara tentang politik uang dan penghalalan segala cara untuk menang. Atau janji-janji manis saat kampanye yang jauh lebih banyak omong kosongnya daripada realisasinya. Bisa dibilang aku skeptis dan hopeless dengan semua itu.

Maka inilah kali pertama aku memutuskan untuk golput setelah selama 23 tahun aku selalu menggunakan hak suaraku. Mohon maaf, kenyataan yang ada sekarang ini membuatku bersikap bodo amat.

Dengan perasaan yang hopeless, tidak mudah bagiku untuk bercerita tentang harapan untuk pemimpin Indonesia. Namun, ya sudah lah, mari kita coba saja. Entah bakal tercapai atau tidak, mudah-mudahan ada secercah harapan ke arah itu.

Pemimpin yang Memiliki Harga Diri

Aku sungguh berharap Indonesia punya pemimpin yang memiliki harga diri sehingga ia dengan kokoh menjaga martabat bangsa dan negara tanpa mudah disetir oleh kanan-kiri maupun pihak asing. Meskipun hal ini akan membuatnya berbenturan dengan negara-negara lain yang punya kepentingan, kurasa hal ini sangat krusial untuk menjaga sikap bangsa.

Salah satu yang sangat kuapresiasi belakangan ini adalah ketegasan pemerintah dalam keberpihakan terhadap Palestina. Aku salut sekali dengan kelantangan Menteri Luar Negeri, Ibu Retno Marsudi, menyuarakan hal itu di berbagai forum internasional, bahkan sampai walk out bila tak sejalan. Terlihat sekali bagaimana ketegasan pemerintah Indonesia dalam berpendapat dan mengambil posisi terhadap penindasan dan pendudukan Israel di Palestina. Seandainya sikap serupa juga ditunjukkan oleh pemerintah terhadap hal-hal lain.

PLTN dan Kemandirian Bangsa

Sebagai pekerja di bidang ketenaganukliran, aku berharap segera ada Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN) dibangun di negara ini. Hingga saat ini, Indonesia belum memanfaatkan nuklir untuk memenuhi kebutuhan pasokan listrik. Padahal, Indonesia sudah punya nuklir sejak lebih dari 60 tahun lalu.

Selain untuk keperluan medis, industri, peternakan, pertanian, dan pangan, teknologi nuklir juga digunakan untuk memenuhi kebutuhan pasokan listrik. Saat ini ada lebih dari 400 PLTN yang beroperasi di 32 negara dan porsinya mencapai 10,1% energi di dunia. PLTN menjadi teknologi yang menjanjikan untuk mengatasi krisis listrik dunia.

Sebagai Energi Baru Terbarukan (EBT), PLTN memiliki beberapa keuntungan, di antaranya:

  • Emisi karbonnya rendah dan bisa dijadikan penopang pembangkitan listrik
  • Tidak bergantung pada cuaca seperti tenaga angin dan surya
  • Lifetime atau masa pakainya bisa mencapai 60 tahun
  • Tidak menghasilkan emisi gas rumah kaca
  • Hanya sedikit menghasilkan limbah padat
  • Tidak mencemari udara karena tidak menghasilkan gas berbahaya
  • Biaya bahan bakar rendah

Secara sumber daya alam untuk memenuhi pasokan bahan bakar nuklir, diperkirakan Indonesia memiliki 70.000 ton cadangan uranium dan 170.000 ton cadangan torium. Sebagian besar kandungan uranium terdapat di Kalimantan Barat, sedangkan sisanya tersebar di Papua, Bangka Belitung, dan Sulawesi Barat. Sebagian besar kandungan torium terdapat di Bangka Belitung, sedangkan sisanya berada di Kalimantan Barat.

Meskipun demikian, tidak dapat dipungkiri bahwa PLTN juga memiliki kelemahan seperti risiko kecelakaan nuklir serta menghasilkan limbah radioaktif yang waktu paruhnya dapat berlangsung hingga ratusan tahun. Sebagai pekerja nuklir yang bertugas di instalasi pengelolaan limbah radioaktif, ini “makanan”ku sehari-hari, hehehe.

Kelemahan lain dari PLTN adalah adanya penolakan dari masyarakat awam akibat ketidaktahuan mereka, atau akibat provokasi dari pihak-pihak yang tidak menyetujui dibangunnya PLTN di negeri ini. Pembangunan PLTN memang keputusan yang tidak populer, padahal PLTN dapat menjadi solusi untuk kemandirian bangsa dalam sektor energi dan solusi untuk mencapai nol emisi.

Kembali ke poin yang kutulis di awal mengenai pentingnya Indonesia memiliki pemimpin yang tegas, akibat ketidakpopuleran PLTN–entah karena takut tidak mendapat dukungan rakyat, entah karena tunduk pada pihak-pihak yang tidak suka bila negara kita mandiri dalam hal energi–keputusan mengenai pembangunan PLTN selalu mengalami pasang surut.

Pada tahun 2006, pemerintah mengeluarkan Keputusan Presiden No. 5 tentang rencana memiliki empat PLTN pada tahun 2025. Direktur Jenderal IAEA saat itu, Mohamed ElBaradei, diundang ke Indonesia pada Desember 2006. Protes menolak PLTN terjadi di mana-mana, khususnya di Jepara sebagai lokasi yang direncanakan menjadi tapak dibangunnya PLTN, mulai awal 2007 dan meluas pada pertengahan tahun. Pemerintah akhirnya tidak melanjutkan rencana tersebut untuk meredam protes.

Pada Desember 2013, Indonesia berencana membangun PLTN tahun 2015 untuk memenuhi target kapasitas listrik pada tahun 2025 hingga 2050. Namun, hingga Desember 2015, ternyata pemerintah belum menetapkan tenaga nuklir sebagai salah satu cara untuk mencapai hal tersebut.

Menurut kabar terakhir, Direktur Jenderal Ketenagalistrikan Kementerian ESDM, Jisman Parada Hutajulu menyebutkan bahwa Indonesia akan mulai mengembangkan nuklir secara komersial mulai tahun 2032. Pembangunan PLTN tersebut termuat di dalam draf Rancangan Peraturan Pemerintah (RPP) Kebijakan Energi Nasional (RPP KEN). Anggota Dewan Energi Nasional (DEN), Herman Darnel menjelaskan dalam skenario tersebut, PLTN yang akan dibangun rencananya adalah PLTN skala kecil atau Small Modular Reactor (SMR).

Jika PLTN akan dibangun pada 2032, itu berarti keputusannya harus diketok palu saat ini. Pembangunan PLTN hingga beroperasi penuh rata-rata membutuhkan waktu 10-15 tahun lamanya dari awal kontrak pengerjaan. Keputusan final ada pada presiden dan anggota dewan, untuk selanjutnya membentuk badan yang bertugas mempersiapkan pembangunan PLTN.

Saat ini tim percepatan pembangunan PLTN atau Nuclear Energy Program Implementing Organization (NEPIO) telah dibentuk oleh pemerintah. Sekretaris Jenderal Dewan Energi Nasional, Djoko Siswanto, menyatakan bahwa adanya NEPIO, dukungan stakeholder, dan kebijakan pemerintah masuk ke dalam persyaratan yang diminta oleh International Atomic Energy Agency (IAEA) sebagai badan regulasi nuklir dunia.

Nah, sekarang kita tinggal menyaksikan akan seserius apa pemerintah merealisasikan rencana pembangunan PLTN ini. Akankah berubah-ubah terus dan mengalami penundaan berkali-kali seperti yang sudah terjadi di masa lalu, atau pemerintah akan gas pol mempercepat pembangunan PLTN?

Aku, sih, berharap pemimpin negeri ini bakal lebih tegas dalam mengambil keputusan terkait hal itu, ya. Entah jika pemimpin terpilih ragu-ragu memutuskan karena takut popularitasnya turun di mata masyarakat, atau terlalu disetir oleh pihak-pihak berkepentingan. Semoga tidak.

Tulisan ini diikutsertakan dalam Tantangan Blogging Mamah Gajah Ngeblog bulan Februari yang bertema “Harapan untuk Pemimpin Indonesia (Isu Meresahkan yang Diharapkan Bisa Diselesaikan Para Pimpinan)”.

Wednesday, February 14, 2024

Perempuan dan Nuklir

Tahun ini adalah tahun ketujuh belas aku bekerja di bidang ketenaganukliran. Awalnya aku ditempatkan di bidang teknis yang berkaitan dengan jaringan komputer dan keamanan jaringan–sesuai latar belakang pendidikanku–sebagai sarana dukung dari core business instansi. Pada tahun kedelapan, aku pindah ke divisi quality assurance (QA) hingga sekarang.

Perempuan masih dianggap memiliki stigma ketika bekerja di bidang nuklir, terutama terkait dengan masalah kesuburan. Kekhawatiran mengenai hal ini pernah disampaikan oleh ibuku ketika aku mengutarakan keinginanku untuk masuk ke jurusan Teknik Nuklir dua puluh empat tahun yang lalu. Ketidaksetujuan beliau lantas membawaku mengambil jurusan Teknik Informatika dan Teknik Elektro. Siapa yang menyangka, setelah lulus kuliah aku malah bekerja di bidang ketenaganukliran. Kekhawatiran ibuku pun tak terbukti karena semenjak bekerja aku sempat hamil lima kali.

Sektor ketenaganukliran adalah bidang yang didominasi laki-laki dan kiprah perempuan untuk mengambil peran di bidang teknologi nuklir masih sangat minim. Meskipun ada kemajuan pelibatan perempuan dalam beberapa tahun terakhir, perempuan masih kurang terwakili dalam bidang ilmu pengetahuan, teknologi, rekayasa, dan matematika (science, technology, engineering, and mathematics atau STEM), termasuk di sektor nuklir. Kesenjangan gender ini memiliki pengaruh besar terhadap masa depan energi nuklir, yang memerlukan tenaga kerja yang kuat dan beragam untuk mendorong kinerja dan inovasi iptek nuklir.

Berdasarkan laporan dari Nuclear Energy Agency, perempuan berjumlah kurang dari 25% dari tenaga kerja nuklir secara keseluruhan. Padahal secara historis, perempuan memberikan kontribusi yang signifikan di bidang ini. Sebut saja Marie Curie, Lise Meitner, Katharine Way, dan Chien-Shiung Wu. Mereka adalah para pionir yang melakukan terobosan penting di bidang iptek nuklir.

Representasi perempuan dan laki-laki yang tidak berimbang dalam bidang nuklir, terutama di negara-negara berkembang yang memiliki tingkat ekonomi rendah, terjadi karena perempuan sebagai identitas gender marjinal sulit mendapat kesempatan mendalami STEM. Anggapan bahwa perempuan tidak perlu sekolah tinggi–yang penting tahu urusan dapur, kasur, dan sumur, kata para orang tua zaman dulu–tentu turut andil dalam hal itu.

Berbagai fakta menarik mengenai keterlibatan perempuan di bidang nuklir pernah disampaikan oleh beberapa pakar. H.E. Grata Endah Werdaningtyas, diplomat Indonesia untuk Jenewa, Swiss, pernah menyebutkan mengenai peran perempuan dalam nuklir dan keamanan internasional. Ketika perempuan hadir dalam upaya pembuatan kebijakan terkait perlucutan senjata, kebijakan tersebut cenderung lebih teruji dan berjalan dalam jangka waktu lama. Sementara Dr. Jeanne Francoise, seorang dosen Program Studi Hubungan Internasional dan pakar Warisan Pertahanan (Defense Heritage), menyatakan bahwa partisipasi perempuan sangat dibutuhkan dalam upaya diplomasi untuk mencegah penyalahgunaan nuklir karena hadirnya perempuan dapat memberi perspektif yang lebih seimbang.

Di bidang pekerjaanku sendiri saat ini sebagai QA, aku merasa keterlibatan perempuan memberikan peran yang cukup signifikan. Kerapian, ketelitian, dan kejelian yang merupakan kekuatan perempuan, menjadi amunisi penting untuk menjalankan tugas dan fungsi QA. Beberapa hal di antaranya adalah audit lapangan, pengawasan kepatuhan terhadap regulasi, dan pengelolaan sistem manajemen.

Oleh karena itu, kita harus memperluas kesempatan bagi perempuan dan mendorong semua pemangku kepentingan untuk memberikan perhatian dan pengakuan akan pentingnya eksistensi perempuan dalam berbagai sektor, terutama di bidang ketenaganukliran. Hal ini akan membuat perempuan lebih berdaya untuk meningkatkan kualitas hidupnya dan mengembangkan segala potensi sebagai motor penggerak sekaligus agen perubahan.